Dampak Penggunaan Label Kertas dalam Ritel
Volume Limbah yang Tinggi
Setiap kali harga berubah, label kertas lama harus diganti dengan yang baru. Bayangkan jika sebuah toko memiliki ribuan produk dengan frekuensi perubahan harga yang tinggi jumlah limbah kertas yang dihasilkan akan sangat besar.
Penggunaan Sumber Daya yang Boros
Produksi label kertas memerlukan kertas, tinta, dan energi listrik untuk mencetaknya. Jika proses ini terus berulang dalam skala besar, maka konsumsi sumber daya pun meningkat, yang pada akhirnya berkontribusi pada eksploitasi lingkungan.
Biaya Operasional yang Tidak Efisien
Selain berdampak pada lingkungan, penggunaan label kertas juga meningkatkan biaya operasional. Bisnis harus terus mencetak label baru, mengalokasikan tenaga kerja untuk menggantinya, serta memastikan kesesuaian harga di rak dengan sistem kasir.
Pengaruh Label Kertas Terhadap Lingkungan
Penggunaan label kertas secara terus-menerus dalam operasional ritel berdampak besar terhadap lingkungan. Produksi label kertas membutuhkan bahan baku utama berupa pohon, serta konsumsi air dan energi yang tinggi dalam proses pembuatannya.
Selain itu, label-label ini sering kali mengandung bahan perekat dan tinta yang menyulitkan proses daur ulang. Dalam praktiknya, label kertas hanya digunakan sekali dan langsung dibuang, sehingga menciptakan limbah dalam jumlah besar yang menumpuk setiap harinya.
Jika dibiarkan, praktik ini berkontribusi terhadap deforestasi, peningkatan emisi karbon, dan penambahan beban pada tempat pembuangan akhir (TPA). Dalam jangka panjang, hal ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan lingkungan.
Study Case: Berapa Banyak Sampah dari Label Kertas oleh Industri Ritel?
Bayangkan bisnis ritel menengah dengan 15.000 SKU (Stock Keeping Unit), di mana label harga kertas harus diganti minimal sekali setiap bulan karena promo, pergantian harga, atau rotasi produk. Itu berarti ada 15.000 label yang dicetak dan dibuang setiap bulan hanya untuk satu toko.
Jika satu label beratnya sekitar 1 gram, maka satu toko menghasilkan sekitar 15 kg sampah kertas per bulan, atau 180 kg per tahun. Ini hanya untuk perumpamaan pencetakan label kerta dilakukan selama sekali dalam sebulan, bagaimana jika harga diperbarui sebanyak lebih dari 1 kali?
Sekarang kalikan jumlah tersebut dengan 1.000 toko ritel di satu jaringan nasional. Hasilnya adalah 180.000 kg (180 ton) sampah label kertas per tahun, yaitu setara dengan berat lebih dari 30 gajah dewasa atau hampir 9 kontainer sampah industri penuh.
Itu baru dari satu jaringan ritel. Bila dihitung dari seluruh industri ritel di Indonesia, volume sampah kertas dari label harga bisa mencapai jutaan kilogram per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun tampak kecil, label kertas menjadi salah satu sumber limbah signifikan yang sering diabaikan dalam operasional harian.
Solusi: Beralih dengan Menggunakan Label Elektronik
Sebagai alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan, banyak bisnis ritel kini mulai beralih ke Label Elektronik atau disebut juga dnegan Electronic Shelf Label. Teknologi ini memungkinkan perubahan harga dilakukan secara otomatis tanpa perlu mengganti label secara fisik, sehingga mengurangi limbah kertas secara signifikan.
Keunggulan Label Rak Elektronik dalam Mengurangi Limbah
- Mengurangi penggunaan kertas dan tinta secara drastis
Dengan sistem digital, perubahan harga tidak lagi memerlukan pencetakan label baru setiap saat. Hal ini menghemat penggunaan kertas dan tinta yang sebelumnya diperlukan dalam jumlah besar. - Pembaruan harga instan dan akurat tanpa risiko kesalahan
ESL memungkinkan perubahan harga dilakukan secara real-time melalui sistem terpusat. Dengan ini, risiko kesalahan harga antara rak dan kasir dapat dihindari, meningkatkan transparansi bagi pelanggan. - Efisiensi waktu dan tenaga kerja karena tidak perlu mengganti label manual
Tanpa perlu mencetak dan mengganti label harga satu per satu, staf toko dapat lebih fokus pada pelayanan pelanggan dan operasional toko yang lebih strategis. - Lebih ramah lingkungan dan mendukung praktik bisnis berkelanjutan
Dengan mengurangi ketergantungan pada kertas dan tinta, ESL membantu bisnis untuk lebih ramah lingkungan, mengurangi limbah, dan mendukung upaya keberlanjutan global.
Kesimpulan
Meskipun terlihat sepele, label kertas yang digunakan dalam industri ritel berkontribusi besar terhadap limbah dan eksploitasi sumber daya. Penggunaan label sekali pakai dalam skala besar menyebabkan tingginya volume sampah, pemborosan energi, serta meningkatnya biaya operasional.
Dalam satu jaringan ritel saja, limbah kertas bisa mencapai ratusan ton per tahun, angka ini menunjukkan bahwa label harga kertas adalah sumber limbah yang signifikan dan sering kali diabaikan. Untuk menjaga keberlanjutan, penting bagi pelaku industri untuk menyadari dampak tersembunyi ini dan mempertimbangkan solusi yang lebih efisien serta ramah lingkungan.
Sebagai solusi, penggunaan label elektronik (Electronic Shelf Label/ESL) menjadi langkah nyata menuju operasional yang lebih ramah lingkungan. ESL memungkinkan perubahan harga secara digital tanpa pencetakan ulang, sehingga dapat mengurangi limbah kertas secara signifikan sekaligus meningkatkan efisiensi kerja dan akurasi harga di toko. Transisi ke teknologi ini bukan hanya keputusan strategis untuk efisiensi, tetapi juga bentuk tanggung jawab bisnis terhadap keberlanjutan lingkungan.