Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seseorang yang kehilangan barang di toko meskipun sistem keamanannya sudah cukup ketat? Atau mungkin, Anda pernah mengalami situasi di mana produk yang dicatat dalam stok tidak sesuai dengan yang ada di rak? Kasus seperti ini kerap kali terjadi di dunia ritel akibat aksi pencurian, baik yang disengaja maupun karena gangguan psikologis seperti kleptomania.
Kleptomania adalah gangguan psikologis yang membuat seseorang sulit menahan dorongan untuk mencuri barang, meskipun mereka tidak membutuhkannya atau memiliki kemampuan untuk membelinya. Berbeda dengan pencurian biasa yang dilakukan karena motif ekonomi, penderita kleptomania sering kali mencuri karena dorongan emosional dan merasa lega setelah melakukannya.
Di industri retail, kasus pencurian akibat kleptomania bukanlah hal yang jarang terjadi. Banyak pemilik toko yang mendapati barang dagangan mereka hilang tanpa jejak. Pelaku kleptomania sering kali menyasar barang-barang kecil yang mudah diambil tanpa menarik perhatian, seperti kosmetik, aksesoris, makanan ringan, hingga produk elektronik kecil.
Seorang pekerja retail pernah berhasil menggagalkan tindakan kleptomania, menyelipkan beberapa produk sehari-hari dalam troli dan hanya membayar beberapa. Tindakan ini murni kleptomania karena saat di investigasi, tidak ada dorongan mencuri karena kekurangan ekonomi. Pelaku kleptomania tersebut sanggup membayar kerugian sampai dengan 10 kali lipat dari total barang yang diambil, disamping itu pelaku mengakui tindakan yang dilakukan karena ingin (Sumber: pekerja retail salah satu supermarket).
Bagi bisnis retail, pencurian akibat kleptomania dapat menimbulkan berbagai kerugian, di antaranya:
Memasang Electronic Article Surveillance (EAS) yang terdiri dari sensor alarm di pintu keluar dan label keamanan di produk. Dengan teknologi ini, setiap barang yang belum dibayar akan memicu alarm jika dibawa melewati pintu keluar, sehingga dapat segera diketahui oleh petugas keamanan.
Sensor alarm ini bekerja dengan berbagai jenis tag keamanan yang ditempel pada produk. Pemilik toko dapat memilih antara hard tag (yang harus dilepas di kasir) atau soft tag yang bisa dinonaktifkan setelah pembayaran, penggunaan EAS dapat secara signifikan mengurangi angka kehilangan barang akibat pencurian.
CCTV merupakan alat keamanan yang sangat penting dalam mendeteksi dan mencegah pencurian di toko ritel. Kamera pengawas yang ditempatkan di lokasi strategis seperti pintu masuk, lorong rak produk, dan kasir dapat membantu pemantauan secara real-time.
Selain sebagai alat pengawasan, kehadiran CCTV juga dapat memberikan efek jera bagi calon pelaku pencurian. Dengan adanya kamera yang terlihat jelas, pelanggan yang berniat mencuri akan berpikir dua kali sebelum melakukan aksinya. CCTV modern juga dapat dihubungkan dengan sistem keamanan lainnya dan diakses dari jarak jauh melalui perangkat seluler, sehingga pemilik toko tetap bisa memantau kondisi toko kapan saja dan di mana saja.
Karyawan yang bertugas di toko ritel harus dibekali dengan pelatihan keamanan untuk mengenali perilaku mencurigakan. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai adalah pelanggan yang terlihat gelisah, sering berpindah tempat tanpa alasan jelas, atau berulang kali mengambil dan mengembalikan barang ke rak.
Selain itu, memberikan pelayanan yang ramah dan aktif kepada setiap pelanggan juga dapat membantu mencegah pencurian. Pelanggan yang merasa diawasi dan diperhatikan cenderung mengurungkan niat untuk mencuri. Karyawan juga perlu diberi pemahaman tentang prosedur penanganan jika ada pencurian, termasuk kapan harus melapor ke pihak keamanan atau polisi.
Tata letak toko harus dirancang sedemikian rupa agar meminimalkan blind spot atau area yang sulit diawasi. Rak yang terlalu tinggi atau sudut yang tersembunyi dapat menjadi tempat yang disukai oleh pencuri untuk melakukan aksinya tanpa terdeteksi.
Menggunakan konsep tata letak terbuka dengan rak yang tidak terlalu tinggi dapat meningkatkan visibilitas dan memudahkan pemantauan, penempatan barang-barang bernilai tinggi atau rentan dicuri juga sebaiknya dilakukan di dekat kasir atau dalam etalase kaca yang hanya bisa dibuka oleh staf toko.
Cermin cekung dapat dipasang di sudut toko untuk meningkatkan visibilitas di area yang sulit diawasi oleh karyawan. Papan peringatan seperti "Area ini diawasi kamera" atau "Pencuri akan diproses hukum" dapat memberikan dampak psikologis kepada pelanggan dan menurunkan risiko pencurian, serta penggunaan tanda-tanda ini tidak hanya efektif dalam mengurangi pencurian, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi pelanggan lainnya.
Meskipun pencurian akibat kleptomania bukan sepenuhnya kesalahan pemilik toko, tetapi dampaknya terhadap bisnis ritel sangat nyata. Oleh karena itu, penerapan teknologi seperti Electronic Article Surveillance (EAS) atau tiang sensor alarm dan CCTV, serta strategi keamanan lainnya dapat membantu mengurangi risiko kehilangan barang.
Dengan kombinasi pengawasan yang ketat dan pelayanan pelanggan yang baik, bisnis retail dapat tetap aman dari ancaman kleptomania sekaligus menjaga pengalaman belanja yang nyaman bagi pelanggan.
Konsultasi untuk pemasangan keamanan retail bersama Handal Technology, hubungi kami di sini.
Lindungi toko dari kleptomania dengan sistem keamanan seperti sensor alarm, CCTV, dan strategi pencegahan lainnya untuk meminimalkan kerugian bisnis retail
View ProductsExplore Customized Security and Efficiency Solutions for Your Needs